Jokowi sama sekali tidak mempunyai latar belakang politik, beliau adalah seorang pengusaha mebel yang sukses di era 1994-1996 yang hanya dimulai dari modal 300juta yang di pinjamnya dari salah satu bank swasta di solo setelah ia pulang dari rantauaanya di Aceh. Mahasiswa fakultas kehutanan jurusan tehnologi kayu Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta ini pernah hidup nomaden di bantaran kali Anyar yang pernah digusur tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Bersama Notomiharjo dan Sutjiati kedua orang tuanya, mereka memutuskan untuk mengajak ketiga anaknya termasuk Jokowi untuk menempati rumah kakak laki-laki sutjiati alias pakde nya jokowi. Sejak hidup dibantaran kali, bapak Jokowi memang sudah bekerja mencari kayu gergajian yang di olahnya menjadi beberapa perangkat rumah tangga seperti meja dan kursi. Saat hidup bersama pakde nya pun, Jokowi masih seringkali membantu bapaknya mencari nafkah. Hingga keluarga mereka menemukan kontrakan baru ketika Jokowi kelas 4 SD.
Jokowi dikenal sebagai sosok yang ngemong dan visioner di kalangan sesama pebisnis mebel, membuatnya didapuk sebagai pemimpin Asmindo (Asiosiasi Industri Permebelan dan Kerajina Indonesia) selama dua periode sejak tahun 2002-2004 dan 2004-2008. Namun beliau melepaskan jabatannya ketika beliau di percaya untuk maju di Pilkada Solo bersama F.X Hadi Rudyatmo dengan mengendarai partai politik PDIP yang di bawa oleh Rudi, wakilnya. Jokowi disarankan untuk maju di Pilkada oleh teman-temannya di Aspindo, mereka mendukung sepenuhnya karna Jokowi memang layak untuk menjadi pemimpin karna sifatnya yang rendah hati dan ngemong. Keputusan Jokowi untuk maju di Pilkada Solo periode 2005-2010 tidak sepenuhnya di dukung oleh Iriana sang istri, “ kalau feeling bapak bilangnya jalan, pasti berhasil” begitu ujar Iriana membanggakan Jokowi. Dan tak pernah disangka sebelumnya, pada 27 Juni 2005 pasanga Jokowi-Rudi telah memenangkan suara sebesar 39%. Dan kemudian meningkat menjadi 90,9% suara yang dikantongi pada periode kedua era kepemimpinannya bersama wakilnya Rudi pada 2010-2015.
Penggila berat Judas priest dan Lamb of God ini mempunyai karakter yang sangat sederhana. Bahkan Jokowi pernah sekamar dengan ajudannya, Herwin sempat kaget ketika beliau meminta untuk memesan satu kamar saja untuk mereka berdua, karena menurut Jokowi itu akan mengefisiensi anggaran dan efektivitas koordinasi. Sebagai forester (sebutan untuk lulusan Fakultas kehutanan), Jokowi menginginkan mengubah wajah Solo menjadi Kota dalam Hutan. Konsep perubahan yang di branding dengan slogan “solo: the spirit of Java”. Langkah ini dimulai dengan merevitalisasi pasar-pasar tradisional, membangun ruang public, hingga merobohkan pagar-pagar beton untuk dijadikan pagar hidup. City walk yang dibangunnya di sepanjang protocol Slamet Riyadi,kini sangat bermanfaat bagi public.
Penggemar music rock ini sangat mencintai kedamaian, kenyamanan dan keindahan. Benar saja, ketika mendengar telah terjadi pengeboman di gereja Kepunton Solo pada 2011 lalu, beliau langsung muntah-muntah, beliau stress dan sangat tidak rela jika Solo rusuh lagi setelah restorasi yang dilakukannya di sana-sini. Beliau bersama wakilnya pun langsung bergerak cepat menanggapi kasus tersebut. Pembangunan di sector budaya juga mengalami perubahan besar, hampir setiap bulan ada perhelatan budaya. Calendar of event kota Solo pun tertata dengan baik dengan di lengkapi Solo Batik Carnaval yang diadakan setiap bulan Juni. Festival music Keroncong, Festival Wayang Cilik, Solo City Jazz, hingga Rock in Solo juga ikut meramaikan calendar event di Solo. Menyusul rencana selanjutnya adalah Opera House yang berkapasitas sepuluh ribu penonton yang masih disiapkan pembangunannya.
Sosok pemimpin yang ngewongke uwong (memenusiakan manusia) yang didambakan kota Solo, telah merampungkan tugasnya sebelum jabatannya berakhir. Karena di tahun 2012 ini, Jokowi telah menjabat sebagai walikota DKI Jakarta. Awalnya masyarakat solo tidak rela, jika putra kebanggaanya yang telah melakukan banyak perubahan di kota Budaya tersebut, memutuskan untuk memimpin kota lain. Tapi di satu sisi masyarakat Solo juga bangga, Jokowi bisa meningkatkan kualitas kepemimpinannya di ibu kota. Kini Jokowi harus melakukan banyak gebrakan baru layaknya gebrakan yang dilakukan di Kota kelahirannya untuk ibu kota, sulit memang. Tapi bukan Jokowi jika
(Ulasan dari buku JOKOWI,Pemimpin Rakyat berjiwa Rocker. Penulis : Yon Thayrun ).
By : Devi Amalia
No comments:
Post a Comment